Flatterer

Posted: September 12, 2014 in Uncategorized

Mungkin aku bukan orang yang paling perfect d, mungkin bukan juga yang paling hardworker. Tapi, meminjam kata-katanya Michael Sendow, “If you want to be good at ‘something’, then you must push your self harder each day”, ini yang selalu berusaha kulakukan. Setiap hari…setiap saat. Nggak bohong, kalau sering terbersit di kepala dan di hati, aku bisa berada di puncaknya.

Sangkin ngototnya memperjuangkan ini, nggak jarang aku berada di kutub yang berlawanan dengan mereka yang kusayangi. Mereka kadung terprovokasi dengan citra negatif sesuatu yang kuyakini. Bertahun-tahun memberi penjelasan hingga akhirnya mereka mengerti dan menerima. Aku pun merasa “mendapat restu”  dan semakin menikmatinya

Sayang, ternyata aku baru sadar, aku berada di alam dengan iklim di mana aku merasa, sekeras apapun kamu berjuang, berusaha berprestasi, kamu akan kalah. Kalah dalam pertarungan dengan mereka, flatterer1.

Tapi, aku berpikir, benarkah di alam lain si Flatterer ini juga yang berhasil sukses? Hmmm, memikirkan alam lain,.sulit rasanya. Atau mungkin daripada memikirkan alam lain, mungkin lebih baik susun langkah catur untuk menghadapi si Flatterer. Atau….mungkin menikmati proses yang menyakitkan ini saja.

Sudah jadi rahasia umumlah ya kalau Air Asia itu selalu jadi maskapai andalan bagi para traveller hemat budget seperti saya ini. bersenang-senang di Lost WorldMaskapai mana juga yang mau bagi Kursi Gratis ? Cuma AirAsia. Dari semua faktor keren yang dimiliki AirAsia, menurutku satu yang paling berpengaruh. AirAsia member kesempatan buat traveller, buat masyarakat yang ingin nikmati liburan, untuk belajar memanajemen diri, memanajemen waktu.

Pertanyaannya, kenapa mau liburan juga mesti disiplin? Apa pentingnya? Mau booking tiket penerbangan kok ribet? Nah itu dia, AirAsia justru membuat prinsip disiplin dan manajemen ini jadi praktis. AirAsia menjadikan kita konsumen yang taat aturan, ketat dengan waktu. Caranya? Sejak awal AirAsia membuat sistem agar konsumen dapat memanajemen penerbangan dengan baik dan nyaman. Lewat websitenya yang mudah diakses di mana saja dan kapan saja, kita bisa mengatur penerbangan kita sedetail mungkin.
Dari pengalamanku, mau terbang tahun depan tapi pesannya sekarang? Di AirAsia bisa.

Mau pilih tempat duduk di dekat jendela, di tengah, bagian depan, ekor pesawat? AirAsia mempersilakan kita. Perlu kapasitas bagasi untuk bawaan yang super banyak atau tak mau manfaatkan fasilitas bagasi? Silakan pilih sendiri di AirAsia. Untuk urusan perut, mau menu ringan sampai nasi lemak saat penerbangan? Tak perlu khawatir, AirAsia punya banyak daftar menu. Bahkan, soal asuransi, AirAsia member kebebasan buat kita.

AirAsia memberi pilihan pertimbangan apa memang kita benar-benar butuh asuransi dan peduli soal keselamatan atau tidak.
Nah, semua urusan ini kan yang sebenarnya ribet tapi AirAsia membuat kita bisa mengakses dan memanajemen penerbangan kita secara mudah. Cukup beberapa kali klik di website-nya. Mau booking tiket untuk sendiri, berdua, sekeluarga, rombongan, AirAsia memudahkan kita.

Sebenarnya, bukan sampai di situ saja pelajaran yang ku dapat dari AirAsia. Pengalaman yang jadi pembelajaran bahkan tamparan buatku adalah disiplin ala AirAsia . Ceritanya, waktu itu, 2013 lalu, aku merencanakan liburan ke Kuala Lumpur selama sekitar lima hari. Ini penerbangan perdanaku naik AirAsia. Berangkat penerbangan siang, sekitar jam satu siang (13.00 WIB). Sampai di Bandara Kualanamo, Medan sekitar jam 11.30 WIB.

Kan masih ada sisa satu setengah jam?. Akupun berleha-leha, dengan alasan belum makan siang, aku jalan-jalan ke toko donut. Satu donat, dua donat, tanpa terasa jarum jam menunjukkan pukul 12.15 WIB. Masih santai menuju counter check ini. Ya, jujur saja dengan jarak waktu segitu, kebiasaan dengan maskapai penerbangan lokal , kita masih bisa check in santai juga. Yang terjadi adalah ketika sampai di counter check in, lihat sana sini, tak ada papan jadwal penerbangan ke Malaysia sesuai tiketku? Lihat sana sini, tanya sana sini.

Petugas counter check-in (perempuan) menginformasikan: MAAF MBAK, SUDAH TELAT ,PESAWATNYA MAU TAKE OFF. Aku ingat, sempat terlintas di pikiran apakah petugas ini bercanda. Tapi, ternyata mimiknya serius. Aku terkejut, bahkan nada suaraku sempat meninggi. Dalam hati berujar: “Kurang kerjaan nih maskapai pakai acara cepat-cepat ? Memang mau ngapain di darat? “

Akhirnya, dengan ekspresi wajah yang lebih tenang dan nada suara yang kembali normal, petugas AirAsia tadi meminta tiketku dan member kesempatan untuk check-in. Dan sebuah statement dari petugas tersebut yang kemudian menjadi tamparan sekaligus pengingat : Mbak, kita di AirAsia sangat disiplin waktu. Kan selalu diingatkan, dua jam sebelum check in harus sudah ada di bandara. SATU YANG LELET, KASIHAN YANG LAIN. Menohok…

Ya, AirAsia menamparku sebagai konsumen. Disiplin itu penting. Jangan mengorbankan orang lain karena ketidakdisiplinan kita. Bukan kita saja penumpang yang ingin nyaman. Penumpang lain juga tak ingin dirugikan. Toh, lebih cepat kan lebih baik. Sejak saat itu, untuk perjalanan apapun, liburan atau kerjaan, dua jam sebelum jam keberangkatan, aku sudah sudah stand by di bandara dan langsung check in. Terima kasih tamparannya AirAsia.

Masih ingat ketika pernah dilemparkan pertanyaan oleh seorang alumni “yg katanya” sudah sukses di pemerintahan. Dia bilang, kenapa masih banyak masyarakat kita yg lebih suka berobat ke pengobatan tradisional, seperti kemkem, dukun patah daripada ke puskesmas? Padahal di puskesmas, fasilitasnya sekarang sudah mulai lengkap, bahkan sampai ada puskesmas 24 jam serta tenaga kesehatan yang berpengalaman.

Masyarakat merasa tidak nyaman berobat ke puskesmas. Gimana mau nyaman, kalau perawat atau dokternya saja songong, datangnya lama, bahkan kayaknya, lebih susah sekarang jumpain dokter daripada jumpain Tuhan. Menjelaskan suatu diagnosis atau obat, “terlalu tinggi”, tidak bisa ditangkap masyarakat awam, kurang ramah, dan sebagainya.

Aku, yang punya latarbelakang pendidikan kesehatan, juga punya pengalaman nggak enak dengan dokter dan tenaga kesehatan di beberapa puskesmas. Ingat, BEBERAPA, di kota Medan ini. Sikap mereka, yang membuat masyarakat merasa diperlakukan tidak nyaman. padahal mereka datang ke puskesmas kan karena sakit, butuh solusi yang bisa menenangkan dan menyembuhkan mereka.

Sebaliknya, ketika datang, katakanlah, ke KemKem, dukun patah, mereka diperlakukan seperti keluarga. Tidak berjarak. Diajak ngobrol santai, disambut, bahkan disediakan cemilan Image.Masyarakat yg datang berobat itu merasa nyaman, mereka senang, merasa sakitnya seidkit berkurang hanya dengan sambutan yang seperti itu. Makanya, masyarakat lebih memilih datang teratur ke pengobatan tradisional daripada puskesmas.Termasuk, mengapa masyarakat lebih suka ke tong**ng atau ke tong*i, mungkin….

Cara memperlakukan pasien, itu yang harus dipelajari oleh dokter dan tenaga kesehatan di puskesma. Jadi, nggak heran sih, kalau program2  kesehatan dasar di negeri ini sering nggak jalan, ya, karena nggak kena sasaran. Nggak mengena di masyarakat.

Hari Air, Kita Krisis Air

Posted: Maret 21, 2012 in Uncategorized

Kalau ditanya seberapa penting air dalam kehidupan kita, bisa dipastikan semua menyebut penting bahkan sangat penting.  Jika sesuatu itu penting, maka kita pasti peduli. Benarkah kita peduli dengan air atau benarkah air memiliki posisi penting dalam kehidupan kita? Mungkin ini bisa menjadi panduan, kalau air itu penting, pastilah Anda tahu berapa banyak air yang Anda habiskan untuk minum,mandi, cuci peralatan dapur,kendaraan, menyiram tanaman?.  Benarkah kita tidak pernah membuang-buang air?

Manusia terus bertambah tetapi kemampuan alam untuk menyediakan air, semakin berkurang.  Sebuah sumber tulisan menyebutkan PPB dan Forum Air Dunia menyebutkan , penyediaan bahan pangan untuk penduduk dunia akan  meningkat dari tujuh menjadi sembilan miliar pada tahun 2050. lah, apa hubungannya sama air? Ya jelas ada, bahan makanan yang akan kita konsumsi, baik sumber hewani dan tumbuhan, memerlukan air dalam proses pertumbuhannya. Jadi,manusia harus bersaing dengan binatang dan tumbuhan untuk mendapatkan air.

Sekarang dunia,katanya menghadapi krisis air. Mungkin kita berpendapat, ah, itu kan di daerah belahan dunia lain, jauh, paling-paling dialami Afrika dan negara kawan-kawannya. Yakin?? Nggak perlu jauh-jauh, Sumatera Utara aja krsisi air. Saat ini kita bmasih berupaya mengejar target  mengikuti target MDG’s (Millenium Development Goals) yakni menurunkan setengah proporsi rumah tangga yang tak punya  akses terhadap air minum dan sanitasi layak hingga 2015. Nah, masalahnya, 2015, tinggal 2 tahun lagi, sementara cakupan yang harus dipenuhi sekitar 75 persen, sedangkan Sumut hanya menjangkau 68,87 persen.

Air bersih (saluran perpipaan) hanya menjangkau 29,5 persen masyarakat Sumut  dan ironisnya untuk mendapatkan air minum, masyarakat kurang mampu justru membayar 10-20 persen lebih mahal.  Sumut yang terdiri dari 33 kabupaten kota dengan sekitar 13 juta penduduk, menggantungkan layananan pada 16 PDAM.PDAM Tirtanadi yang jadi andalan Sumut, juga mengandalkan Sungai Deli dan Belawan sebagai sumber air untuk dikelola. Jangan tanyakan bagaimana kondisi kualitas dan kuantitas air Sungai Deli. Dengan mudah kita disajikan pemandangan air sungai yang cokelat keruh hingga tumpukan sampah.  Salah siapa??? Introspeksi sendiri saja lah.

Belum lagi jajaran direksi Tirtanadi mengatakan membutuhkan dana sekitar Rp700 M suoaya mereka bisa bekerja maksimal mendayagunakan segala peralatan teknis untuk mendistribusikan air yang lancar ke seluruh penjuru rumah warga. Pertanyaanya, kapan dan bagaimana mereka bisa mendapatkan dana segede itu? Meneketehe, yang jelas mereka terus berupaya meminta kepada pihak eksekutif dan legislatif di propinsi ini.Wajar lah ya, kalau sering  di rumah kita, yang di tengah kota pun, aliran airnya masih kalah deras dan lancar dibandingkan air pipis bayi. (peumpamaan apa ini sodara2?%^$%&#). Bayangkan lagi, yang rumahnya di pelosok kota ini?

Berarti semakin nyata lah krisis air itu ya kan? jadi, balik lagi, benar kah air itu penting bagi kita? seberapa peduli dan sensitif kita terhadap permasalahan yang berkaitan dengan air?  Kalau krisis BBM, mungkin masih wajar, karena memang kategori energi yang tidak diperbarukan, sedangkan air adalah energi terbarukan . Selanjutnya, bagaimana menunjukkan kepedulian kita sama air? Ya, pertama, hemat-hematlah gunakan air, meski pun air PAM yang mengalir di rumah kita sederas air terjun Niagara. Keduahemat sampah.  (hubungannya bro??).

Ilustrasinya: Medan, setiap hari menghasilkan 5 ribu ton sampa dan hanya mengandalkan dua tempat pembuangan akhir. Sudah jelas overload. Sisa sampah lainnya, ya,dikubur di tanah, dibuang ke sungai, yang akhirnya mencemari sumber air. Sampah plastik,aluminium dan styrofoam adalah sampah yang paling sulit diurai tanah, dan pasti berefek pada kualitas air tanah—ujung-ujungnyanya ke sumber air juga. Dan, buang sampah di sungai? Nenek-nenek juga tahu itu mencemari sumber air…..

 

 

Inang

Posted: Maret 20, 2012 in Uncategorized

Berhubung saya orang Batak, saya mencoba mengamati beberapa perlakuan “khas” yang dilakukan kepada ibu. Khas karena saya melihat perlakuan ini seolah-olah mendsikrimasi kedudukan ibu. inang dalam bahasa Batak dalah ibu. Sebenarnya definisi KBBI juga mendeskripsikan ibu, yakni “perempuan yg merawat (menyusui dsb) anak tuan-nya (spt anak raja atau anak pembesar)”.  Yang membuat saya lebih “ngeh” tentang definisi inang adalah pengertiannya secara biologis yakni organisme yang menampung virus, parasit, partner mutualisme, atau partner komensalisme, umumnya dengan menyediakan makanan dan tempat berlindung.  Berarti pemikiran awamnya, ibu, yang adalah sosok perempuan, makhluk hidup/organisme, yang akan selalu menjadi tempat berlindungan, mau itu anaknya bersikap seperti virus atau parasit yang hanya menyusahkan, durhaka.

Sejak awal, masyarakat kita, apalagi kaum Batak sangat kental dengan budaya patrilineal, jadi tak heran perempuan, termasuk sosok ibu, seolah “warga kelas dua” baik dalam keluarga maupun kehidupan sosial. Bukannya sok mau jadi aliran feminis, tapi harus kita akui kadang-kadang kita suka lupa bagaimana memperlakukan sosok ibu. Dan, bukan berarti saya meminta Anda sejenak untuk meluapakan sosok ayah, hanya saja surga di telapak kaki ibu, bukan telapak kaki ayah (hahahaha, santai omm). Karena ibu adalah perempuan, kata perempuan berasal dari puan, yang berarti mulia, yang harus dihormati dan diperlakukan dengan hormat.  Memang ibu tidak gila hormat, tapi tak ada salahnya tunjukkan rasa hormat pada ibu.  Sebelum ia meninggalkan kita, karena tak ada artinya penghormatan setelah dia tiada.

Meski saya tahu, mereka melakukannya dengan ikhlas, hanya saja menurut saya itu seolah-olah meletakkan ibu sebagai kaum kedua. Misalnya, dalam hal sederhana saja, kebiasaan makan orang Btaak yang masih sering saya jumpai. Si ayah atau anak laki-laki mendapat porsi yang tidak hanya lebih banyak, tapi dapat bagian yang paling empuk, sementara perempuan atau ibu dapat bagian yang biasa-biasa saja. lagi-lagi, inang tak akan keberatan dengan itu. Mengapa kita tidak mencoba memberi porsi atau bagian yang terbaik buatnya.

Atau kebiasaan mengutarakan pendapat, perempuan atau ibu hanyalah pemberi warna saja.  Padahal topik atau masalah yang dihadapi krusial, keterlibatan ibu  tidak berimbang. Tetap saja keputusan utama ada di tangan laki-laki.  Di mana anak sekolah, keputusan membeli rumah, sampai urusan menikahkan anak. Padahal ujung-ujungnya, ketika ada masalah/hambatan/tantangan baru yang muncul di tengah-tengah itu, sering terlontar dari mulut kaum pria,” itu kan tanggung jawabmu, bagaimana ini, kan kau mamaknya?”. padahal dalam pengambilan keputusan, suaranya seolah tak berguna. Tapi, tetap saja, karena ia adalah inang, seberat apa pun masalah yang datang, dengan segenap tenanganya ia akan memberikan penyelesaian yang terbaik. Meski menguras tenaga dan mental.

JAdi, nggak usah tunggu hari ibu atau hari perempuan internasional untuk memberi penghormatan pada ibu.  Sederhana untuk menghormatinya.

Kamis (27/7/2010)sore di lapangan Merdeka Medan, ada delapan orang saling mengelilingi berhadapan. Usia mereka rata-rata di atas 40-an. Berdiri di atas matras masing-masing dalam posisi kuda-kuda. Tanpa berbicara satu dengan yang lain, mereka seperti terhanyut dalam alunan musik Cina yang berasal dari tape recorder yang diletakkan di tengah. Ternyata mereka sedang melakukan gerakan senam taichi, ala film Taichi Master-nya Jet Li. Gerakan tangan yang digerakkan secara gemulai diiringi teknik pengambilan napas yang tepat dan tetap dalam posisi kuda-kuda yang sempurna.
aichi merupakan satu jenis seni bela diri yang berasal dari negeri China. Berbeda dengan jenis bela diri lainnya, Taichi justru menonjolkan unsur kelembutan, gerakannya air mengalir, dan luwes. Awam melihatnya seperti tarian yang indah yang gerakannya lambat, namun di balik itu semua Taichi ternyata mengandung tenaga tersembunyi, bahkan mampu meningkatkan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit.

Gerakan-gerakan Tai Chi memiliki banyak manfaat terapeutik, artinya berlatih Tai Chi dapat membantu kesembuhan suatu penyakit atau gangguan pada tubuh. Seperti meredakan stres, meringankan rasa sakit pada persendian, meningkatkan keseimbangan dan kelenturan tubuh. Dengan rajin berlatih Tai Chi, kita akan dapat merasakan adanya energi yang secara aktif mengalir di seluruh tubuh kita. Perasaan tenang yang kita peroleh setelah rajin ber-Tai Chi merupakan aspek mediatif, yang membuat partikel-partikel dalam tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, rajin berlatih Tai Chi membuat kita merasa percaya diri dan perasaan kita terasa makin nyaman.

Adapun manfaat Taichi bagi vitalitas tubuh antara lain :

# Meningkatkan kelenturan dan kekuatan
Kenikmatan dan lama bercinta membutuhkan tubuh dan stamina yang baik. Tubuh kurang lentur dapat menurunkan perasaan untuk bercinta. Latihan rutin Tai Chi bukan hanya akan meningkatkan kelenturan tubuh Anda saat bercinta, namun juga membuat perasaan nyaman lebih sensitif.

# Pernapasan menjadi lebih kuat
Umumnya kita melakukan proses bernapas secara tidak baik. Pada saat bernapas, kita sering hanya menggunakan bagian paling atas dada dan mengeluarkannya dengan cara seperti terengah-engah, hanya untuk mendapatkan oksigen untuk bertahan hidup. Itu berarti selama ini badan kita kerapkali kekurangan oksigen, yang mengakibatkan fungsi organ-organ tubuh tidak bekerja optimum.

Berlatih Tai Chi membiasakan kita bernapas secara benar. Hal ini akan meningkatkan vitalitas dan kemampuan aktivitas hubungan intim. Keahlian bernapas secara baik yang kita latih lewat ber-Tai Chi, penting untuk mengontrol orgasme dan menjaga kekuatan otot punggung.

# Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan semangat
Gerakan Tai Chi dapat mengaktifkan seluruh tubuh berikut organ-aliran organ tubuh, seperti limpa, sehingga kerja limpa membersihkan racun menjadi semakin efektif. Jika seluruh organ tubuh membaik, maka secara pasti kekebalan tubuh akan meningkat.

Ketenangan yang didapat dari berlatih Tai Chi dapat menurunkan stres, sehingga memberi kesempatan lebih leluasa bagi tubuh untuk melakukan pemulihan. Seperti mengganti sel-sel rusak dan memperbaiki sel-sel rusak, sehingga mempercepat proses pemulihan gangguan tubuh dan penyembuhan suatu penyakit.

# Meningkatkan relaksasi
Gerakan lentur beraturan, konsentrasi penuh sebagai bagian dari meditasi dalam gerak, latihan pernapasan yang terjaga. Semua “muatan” dalam Tai Chi itu menjadikan tubuh mengalami relaksasi sempurna. Kondisi ini akan mengaktifkan “hormon bercinta” seperti endomorfin dan meningkatkan sensitivitas ujung-ujung saraf perasa. Jangan heran jika setelah rajin berlatih Tai Chi: pandangan, sentuhan, belaian, ciuman hangat dari pasangan akan terasa memberikan desiran lebih hebat dari sebelumnya!

Tai Chi mampu membuktikan bagaimana tubuh mengendalikan gula darah, hal itu akan memberi manfaat pada sistem kekebalan tubuh, yang kemudian akan memicu aktivitas yang berlebihan dengan hadirnya kadar gula yang tinggi dalam darah.

Mungkin hal ini kelihatannya sepele. Tapi, coba simak baik-baik. Ternyata, di Sumatera Utara, selama Januari-Juni 2009 terjadi 1.396 kecelakaan lalu lintas, 745 orang di antaranya meninggal dunia. Dari jumlah itu 80 persen merupakan pelajar SMP dan SMA.Ini memang data tahun 2009, tapi bisa saja tahun 2010 ini meningkat (mudah-mudahan turun).

Sepintas, kita bisa mengambil kesimpulan, ini diakibatkan tindakan pengendara, yang konon usia remaja, belum sadar akan safety riding.Tapi, hasil penelitian (dilakukan di Inggris), menjawab lain. Penelitian yang dilakukan Highway Loss Data Institute, lembaga penelitian Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) asal Amerika Serikat menyebutkan, safety riding tidak mampu menekan angka kecelakaan sepeda motor.

Faktor penggunaan helm yang tepat dan sistem keamanan pada sepeda motor seperti penggunaan rem anti lock brake system (ABS) malah dianggap menjadi faktor penekan angka kecelakaan roda dua di jalan raya (April 2010).

JADI, SEBENARNYA, APA DAN SIAPA YANG SALAH? MINIMNYA PENDIDIKAN PERILAKU bisa jadi satu di antara faktor pemicunya.
DISIPLIN sejak dini mungkin jarang kita terapkan pada anak-anak atau adik-adik kita. Bukan hanya disiplin mengerjakan pekerejaan rumah, disiplin di sekolah atau berdisiplin dan taat norma sosial, tapi masih ada disiplin dalam norma hukum. Atau, mungkin, secara langsung dan tidak langsung, kita menjadi pelanggar hukum di depan mata anak-anak atau adik-adik kita. Kita mungkin tidak menyadarinya atau malah pura-pura tidak menyadarinya.
Kita mengajari mereka, ” lampu lalu lintas, warnanya ada tiga, merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, kalau sudah hijau baru boleh jalan”.
Tapi, Ketika kita membonceng mereka naik sepeda motor atau saat di mobil, kita justru tidak taat pada norma hukum yang telah kita ajarkan. Jika sedang di lampu merah, kita meng-klakson sekuat-kuatnya agar kendaraan yang di depan cepat-cepat jalan. Pada saat lampu kuning, kita bukannya berhati-hati malah menancap gas sekencang-kencangnya agar tidak terjebak lampu merah, dan ketika lampu hijau kita seolah-olah tak peduli dengan keberadaan kendaraan dan orang lain di sekitar.
Bahkan, yang menurut saya, lebih ironis, ketika anak atau adik kita belum cukup umur, kita membiarkan mereka, lagi-lagi secara sadar dan tidak sadar, membiarkan mereka mengendarai sepeda motor atau mobil. Belum lagi mereka “memodifikasi” kendaraan menjadi semakin berbahaya, tak punya spion, rangka sepeda motor dilepas, bumper mobil dibuat lebih rendah, dan kecepatan ditambah.
Ini masih cerita pendidikan di rumah, bagaimana dengan pendidkan taat hukum berlalu lintas yang diajarkan di sekolah?

Beberapa waktu lalu Disdiksu dengan Poldasu Sumut telah menjalin kerja sama tentang pentingnya lalu lintas bagi para pelajar sebagai upaya menanamkan kedisiplinan berlalu lintas sejak dini. Namun realisasinya, agar dijadikan kurikulum bermuatan lokal hal tersebut adalah wewenang kabupaten dan kota.
Menurut saya pribadi, ini usulan yang baik. Sudah saatnya pemerintah dan masyaraka bersinergi menempah generasi yang disiplin dan taat hukum, walaupun mungkin masih dalam tahap langkah awal. Guru, orangtua dan pemerintah sama-sama terlibat langsung dan menjadi contoh penerapannya.
Komitmen dalam membangun masyarakat berbudaya disiplin tinggi dan tertib yang dimulai dengan melakukan hal hal kecil seperti kebiasaan untuk mentaati peraturan. Dan bukan taat karena takut kepada petugas, tetapi karena kesadaran untuk melindungi hak pribadi dan hak orang lain.
Dan,mudah-mudahan program ini berjalan lancar dan tidak disalahgunakan menjadi “proyek terselubung”. Amin..

, “Baen ma namboru, uda murah ku kasih harga itu”, ujar seorang pedagang ulos di Pasar Sentral, Medan, Sabtu (17/7/2010). Sore itu, bukan hanya mal-mal atau pusat hiburan saja yang dipadati warga kota Medan, tapi juga pasar yang terkenal akan ulos Batak. Pengunjung lalu lalang di pasar itu.
Leny (30), satu di antara penjual ulos di pasar sentral mengatakan kalau di akhir minggu biasanya pengunjung agak ramai. “Hari-hari macam ini lumayan rame, soalnya orang Batak biasanya banyak pesta hari Sabtu, banyaklah yang nyari ulos”, Leny menjelaskan.
Menurut Leny umumnya banyak pembeli yang mencari Sadum. Sebenarnya, ada 18 ragam ulos menurut jenis tenunan dan fungsinya. Namun, Sadum lebih menjadi primadona. Sadum adalah ulos ini yang penuh warna warni ceria sehingga biasanya sangat cocok dipakai untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos ini biasanya dipakai sebagai panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat Baginda atau Mangaraja. Karena corak indahnya ulos inilah sehingga di daerah-daerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Sadum sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah.
Sadum dengan kualitas biasa dibandero dengan harga rata-rata Rp.25.000,- sedangkan yang paling mahal, dan tentu saja kualitas oke bisa hingga jutaan rupiah. Leny menambahkan para pedagang yang ada di Pasar Sentral, yang khusus menjual ulos, umumnya mereka mengambil stok barang dari “tauke” (perajin dan distributor besar ) Sitanggang dan Gultom.
Selain ulos , pedagang-pedagang ulos juga menjual tandok. Tandok adalah alat hantaran atau wadah yang terbuat dari anyaman bayon (pandan). Bagi orang Batak, tandok sangatlah penting dan digunakan saat upacara adat atau seremonial lainnya. Pada umumnya wadah ini untuk tempat beras/ padi yang dihantar/ dijungjung sebagai persembahan. “ Tandok yang mahal itu biasanya buatan Sitanggang, kualitasnya bagus terus warna-warni”, ujar Leny.
Leny juga menerangkan bahwa pembeli ulos bukan saja kalangan suku Batak seperti Batak Toba dan Batak Karo. “banyak juga orang Jawa yang dating nyari ulos, buat oleh-oleh, atau cuma buat koleksi”, tutur leny.
Jadi, tak ada salahnya anda berkunjung ke Pasar Sentral, untuk menjajal lebih dalam lagi kain khas Batak ini.
Untuk mengenal lebih jauh lagi, inilah jenis-jenis ulos dalam masyarakat Batak :
Jenis-jenis Ulos

1. Ulos Antak-Antak, dipakai selendang orang tua melayat orang meninggal, dan dipakai sebagai kain dililit/hohop-hohop waktu acara manortor.

2.Ulos Bintang Maratur, Ulos ini merupakan ulos paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara. Diberikan kepada anak yang memasuki rumah baru oleh orang tua. Dalam adat Toba Ulos ini diberikan waktu selamatan Hamil 7 Bulan oleh orangtua. Lain halnya kalau di Tarutung Ulos ini yang diberikan waktu acara sukacita, Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu yang baru lahir, parompa walaupun kebanyakan kasih mangiring apalagi yang maksudnya agar anak yang baru lahir diiringi anak selanjutnya. Ulos ini dipakai untuk pahompu yang dibabtis dan juga dipakai untuk sebagai selendang.

3.Ulos Bolean, Ulos ini dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.

4.Ulos Mangiring, Ulos ini dipakai selendang, Tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu baru lahir terutama anak pertama. Dimaksud sebagai simbol keinginan agar sianak diiringi anak yang seterusnya. Ulos ini dapat dipakai sebagai Parompa.

5. Ulos Padang Ursa, dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang.

6. Ulos Pinan Lobu-Lobu, dipakai sebagai Selendang.

7. Ulos Pinuncaan, Ulos ini sebenarnya terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah, kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos. Kegunaannya:Ulos ini dapat dipakai berbagai keperluan acara-acara dukacita atau sukacita. Dalam acara adat ulos ini dipakai/disandang oleh Raja-Raja Adat maupun oleh rakyat biasa selama memenuhi pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat suhut sihabolonon/ Hasuhutonlah (“tuan rumah”) yang memakai ulos ini. Pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran, ulos ini juga dipakai/dililit sebagai kain/hohop-hohop oleh keluarga hasuhuton. Ulos ini sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan.

8. Ulos Ragi Hotang, Ulos ini biasa diberi kepada sepasang pengantin, disebut sebagai Ulos Hela.

9. Ragi Huting, Ulos ini sekarang sudah Jarang dipakai. Konon jaman orang tua dulu sebelum merdeka, anak-anak perempuan pakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari, dililit didada (Hoba-hoba), kemudian dipakai orang tua sebagai selendang apabila bepergian.

10. Ulos Sibolang Rasta Pamontari, Ulos ini dulu dipakai untuk keperluan duka dan sukacita. Sekarang sibolang bisa dikatakan symbol duka cita, dipakai juga sebagai Ulos Saput (yang meninggal orang dewasa yang belum punya cucu), dan dipakai sebagai Ulos Tujung (Janda/Duda yang belum punya cucu). Kemudian pada peristiwa dukacita Ulos ini paling banyak dipergunakan oleh keluarga dekat.

11. Ulos Sibunga Umbasang dan Ulos Simpar, dipakai sebagai Selendang.

12. Ulos Sitolu Tuho, Ulos ini dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita.

13. Ulos Suri-suri Ganjang, dipakai sebagai Hande-hande pada waktu margondang. Dipergunakan oleh pihak Hula-hula untuk manggabe i borunya karena itu disebut juga Ulos gabe-gabe.

14. Ulos Ragi Harangan, pemakaiannya sama dengan Ragi Pakko.

15. Ulos Simarinjam sisi, dipakai sebagai kain, juga dilengkapi dengan Ulos Pinuncaan disandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani yang
memakai ini satu orang paling depan.

16. Ulos Ragi Pakko, dipakai sebagai selimut pada jaman dahulu dan pengantar wanita yang dari keluarga kaya bawa dua ragi untuk selimut yang dipergunakan sehari-hari. Juga bila setelah tua, meninggal akan disaput pakai Ragi ditambah Ulos lainnya yang disebit Ragi Pakko. warnanya memang hitam seperti Pakko.

17. Ulos Tumtuman, dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan dipakai anak yang pertama dari hasuhutan.

18. Ulos Tutur-Tutur, dipakai sebagai tali-tali dan sebagai Hande-hande. Sering diberikan oleh orang tua sebagai Parompa kepada cucunya.
Dari jenis dan fungsi Ulos ini, disebut pengenalan jati diri orang batak sesuai Budaya dan Adatnya. Orang Batak
dikenal dari Ulos yang disandangnya, sian Tortornya bahkan dari tongkatnya

ANAK-ANAK JUGA BUTUH YOGA

Anak-anak di Medan sekarang memiliki kecenderungan untuk menderita sclerosis (pembengkokan tulang belakang). Apalagi anak-anak zaman sekarang mengangkut beban buku pelajaran yang cukup berat di tas mereka. Yoga bisa menjadi salah satu alat bantu untuk mengembalikan kesehatan mereka. Maka,banyak orang tua yang datang ke sini sambil membawa anak-anak mereka untuk ikut latihan Yoga. Itulah penjelasan dari Rossi, Senin (12/7/2010),salah satu staf Yogalife. Yogalife adalah salah satu restoran yang menawarkan konsep vegetarian (vegan) berdampingan dengan kelas Yoga.

Restoran yang terletak di Jalan Hindu ini, berani menawarkan konsep berbeda, yaitu yoga dan vegan. ” Yoga adalah salah satu bentuk senam yang mengajarkan keseimbangan energi melalui gerak dan pernapasan,makanya sejak dari awal kami sandingkan dengan pola hidup vegan”, ujar Rosi.
Restoran dan klub yoga di Yogalife ini sudah berdiri sejak tahun 2008. Berbeda dengan restoran vegan lainnya di Medan,Yogalife mengusung konsep vegan murni alias vegan tanpa telur atau produk olahan daging lainnya. “Memang murid-murid di sini tifak langsung menjadi vegan murni,diajarkan dulu pelan-pelan,bertahap,hingga mereka sendiri yang jadi kebal terhadap daging”, ujar perempuan Tionghoa ini.

Yogalife sendiri sudah memiliki 40 murid tetap untuk kelas Yoga,dan rata-rata masih dalam tahap pemula (open level). Yoga sendiri merupakan senam yang mengutamakan pernapasan untuk mencapai keseimbangan energi dalam tubuh,menyeimbanhgkan hormon dan kinerja saraf tulang belakang,serta memperlancar sirkulasi darah. Yoga dikombinasikan dengan konsep vegan, mengutamakan sayur-sayuran dan kacang-kacangan sangat baik bagi sistem pencernaan dan kesehatan tubuh.
Menu andalan Yogalife adalah nasi goreng Yoga,dikombinasikan dengan beragam jenis sayuran.

Berbeda dengan gerakan yoga untuk orang dewasa, gerakan yoga anak-anak lebih dikreasikan seperti permainan yang atraktif. Gerakannya biasanya diungkapkan dalam bentuk cerita seperti dongeng. Latihannya pun didukung dengan iringan musik yang sesuai jalan cerita.

Biasanya Anak yang berusia minimal empat tahun sudah dapat mengikuti kelas yoga. Jenis yoga yang diajarkan adalah pose latihan atraktif, misalnya dengan melakukan story telling (mendongeng).

Beberapa manfaat yoga pada anak:

1. Membangun fondasi untuk hidup sehat dan sejahtera pada anak.
2. Bermanfaat untuk membantu pertumbuhan mental dan fisik.
3. Anak-anak dapat menggunakan teknik ketenangan yoga saat mereka berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan jadwal dan kegiatan yang padat dan mempunyai masalah dengan teman sekolahnya.
4. Meningkatkan kelenturan, kekuatan, fleksibilitas, koordinasi dan kesadaran tubuh.
5. Melatih anak lebih mengenal diri dan kebutuhannya dan mampu mengendalikan emosinya dengan baik.
6. Meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar.
7. Meningkatkan ketenangan dan mengurangi ketegangan pada dirinya.
8. Membuat anak memiliki kehidupan spiritual yang kuat sesuai dengan falsafah yoga, yakni selalu mengutamakan alam dan keseimbangannya.
9. Meningkatkan kepercayaan diri bagi anak.

” Memakai biosolar berarti anda menyayangi mobil dan lingkungan anda”, ujar Rustam Staf Humas Pertamina Medan, Jumat (9/7/2010).
Di Medan, Ada enam SPBU yang telah melakukan penyaluran mulai awal bulan Juli ini. SPBU tersebut adalah SPBU Jl. K.L Yos Sudarso, SPBU Jl. Hj. Juanda, SPBU Jl. Lingkar Luar Barat, SPBU Jl. Brigjend Katamso, SPBU Jl. Kasuari No. 56B, dan SPBU Jl. Jamin Ginting Km 8,5 Medan. Sedangkan 4 (empat) SPBU yang segera menyusul adalah SPBU Jl. Putri Merak Jingga, SPBU Jl. Brigjen Katamso, Jl. Perintis Kemerdekaan, dan SPBU l. Raya Medan Tenggara
Rustam juga menjelaskan bahwa Biosolar termasuk bahan bakar ramah lingkungan yang dapat diperbaharui dan terurai secara alami. Emisi gas buang Biosolar lebih rendah karena pembakaran yang lebih sempurna, sehingga dapat mengurangi polusi udara jika digunakan secara berkelanjutan. Selain itu, Biosolar juga mampu memperpanjang umur mesin karena memiliki sifat detergensi/pembersih.

Biosolar yang dipasarkan di Medan sejak 28 Juni lalu adalah Biosolar B-5 dengan kandungan 95% minyak solar dan 5% Fatty Acids Methyl Ester (FAME). Dengan cetane number minimal 48, produk ini dapat digunakan untuk mobil-mobil bermesin diesel pada umumnya tanpa perlu modifikasi. Biosolar dilepas ke pasaran dengan harga setara dengan harga produk Solar bersubsidi.

“Jadi, masyarakat tak perlu khawatir dengan ketidakcocokan mobil dan biosolar. Sebelumnya, kami pun memang sudah mengadakan riset dengan perguruan-perguruan tinggi terkemuka untuk biosolar ini”, kata Rustam.

(Hasil wawancara Tribun Medan dengan Humas Pertamina Medan, Rustam Aji)