Hari Air, Kita Krisis Air

Posted: Maret 21, 2012 in Uncategorized

Kalau ditanya seberapa penting air dalam kehidupan kita, bisa dipastikan semua menyebut penting bahkan sangat penting.  Jika sesuatu itu penting, maka kita pasti peduli. Benarkah kita peduli dengan air atau benarkah air memiliki posisi penting dalam kehidupan kita? Mungkin ini bisa menjadi panduan, kalau air itu penting, pastilah Anda tahu berapa banyak air yang Anda habiskan untuk minum,mandi, cuci peralatan dapur,kendaraan, menyiram tanaman?.  Benarkah kita tidak pernah membuang-buang air?

Manusia terus bertambah tetapi kemampuan alam untuk menyediakan air, semakin berkurang.  Sebuah sumber tulisan menyebutkan PPB dan Forum Air Dunia menyebutkan , penyediaan bahan pangan untuk penduduk dunia akan  meningkat dari tujuh menjadi sembilan miliar pada tahun 2050. lah, apa hubungannya sama air? Ya jelas ada, bahan makanan yang akan kita konsumsi, baik sumber hewani dan tumbuhan, memerlukan air dalam proses pertumbuhannya. Jadi,manusia harus bersaing dengan binatang dan tumbuhan untuk mendapatkan air.

Sekarang dunia,katanya menghadapi krisis air. Mungkin kita berpendapat, ah, itu kan di daerah belahan dunia lain, jauh, paling-paling dialami Afrika dan negara kawan-kawannya. Yakin?? Nggak perlu jauh-jauh, Sumatera Utara aja krsisi air. Saat ini kita bmasih berupaya mengejar target  mengikuti target MDG’s (Millenium Development Goals) yakni menurunkan setengah proporsi rumah tangga yang tak punya  akses terhadap air minum dan sanitasi layak hingga 2015. Nah, masalahnya, 2015, tinggal 2 tahun lagi, sementara cakupan yang harus dipenuhi sekitar 75 persen, sedangkan Sumut hanya menjangkau 68,87 persen.

Air bersih (saluran perpipaan) hanya menjangkau 29,5 persen masyarakat Sumut  dan ironisnya untuk mendapatkan air minum, masyarakat kurang mampu justru membayar 10-20 persen lebih mahal.  Sumut yang terdiri dari 33 kabupaten kota dengan sekitar 13 juta penduduk, menggantungkan layananan pada 16 PDAM.PDAM Tirtanadi yang jadi andalan Sumut, juga mengandalkan Sungai Deli dan Belawan sebagai sumber air untuk dikelola. Jangan tanyakan bagaimana kondisi kualitas dan kuantitas air Sungai Deli. Dengan mudah kita disajikan pemandangan air sungai yang cokelat keruh hingga tumpukan sampah.  Salah siapa??? Introspeksi sendiri saja lah.

Belum lagi jajaran direksi Tirtanadi mengatakan membutuhkan dana sekitar Rp700 M suoaya mereka bisa bekerja maksimal mendayagunakan segala peralatan teknis untuk mendistribusikan air yang lancar ke seluruh penjuru rumah warga. Pertanyaanya, kapan dan bagaimana mereka bisa mendapatkan dana segede itu? Meneketehe, yang jelas mereka terus berupaya meminta kepada pihak eksekutif dan legislatif di propinsi ini.Wajar lah ya, kalau sering  di rumah kita, yang di tengah kota pun, aliran airnya masih kalah deras dan lancar dibandingkan air pipis bayi. (peumpamaan apa ini sodara2?%^$%&#). Bayangkan lagi, yang rumahnya di pelosok kota ini?

Berarti semakin nyata lah krisis air itu ya kan? jadi, balik lagi, benar kah air itu penting bagi kita? seberapa peduli dan sensitif kita terhadap permasalahan yang berkaitan dengan air?  Kalau krisis BBM, mungkin masih wajar, karena memang kategori energi yang tidak diperbarukan, sedangkan air adalah energi terbarukan . Selanjutnya, bagaimana menunjukkan kepedulian kita sama air? Ya, pertama, hemat-hematlah gunakan air, meski pun air PAM yang mengalir di rumah kita sederas air terjun Niagara. Keduahemat sampah.  (hubungannya bro??).

Ilustrasinya: Medan, setiap hari menghasilkan 5 ribu ton sampa dan hanya mengandalkan dua tempat pembuangan akhir. Sudah jelas overload. Sisa sampah lainnya, ya,dikubur di tanah, dibuang ke sungai, yang akhirnya mencemari sumber air. Sampah plastik,aluminium dan styrofoam adalah sampah yang paling sulit diurai tanah, dan pasti berefek pada kualitas air tanah—ujung-ujungnyanya ke sumber air juga. Dan, buang sampah di sungai? Nenek-nenek juga tahu itu mencemari sumber air…..

 

 

Tinggalkan komentar