PASAR SENTRAL, SENTRALNYA ULOS DI MEDAN

Posted: Juli 21, 2010 in Uncategorized
Tag:

, “Baen ma namboru, uda murah ku kasih harga itu”, ujar seorang pedagang ulos di Pasar Sentral, Medan, Sabtu (17/7/2010). Sore itu, bukan hanya mal-mal atau pusat hiburan saja yang dipadati warga kota Medan, tapi juga pasar yang terkenal akan ulos Batak. Pengunjung lalu lalang di pasar itu.
Leny (30), satu di antara penjual ulos di pasar sentral mengatakan kalau di akhir minggu biasanya pengunjung agak ramai. “Hari-hari macam ini lumayan rame, soalnya orang Batak biasanya banyak pesta hari Sabtu, banyaklah yang nyari ulos”, Leny menjelaskan.
Menurut Leny umumnya banyak pembeli yang mencari Sadum. Sebenarnya, ada 18 ragam ulos menurut jenis tenunan dan fungsinya. Namun, Sadum lebih menjadi primadona. Sadum adalah ulos ini yang penuh warna warni ceria sehingga biasanya sangat cocok dipakai untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos ini biasanya dipakai sebagai panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat Baginda atau Mangaraja. Karena corak indahnya ulos inilah sehingga di daerah-daerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Sadum sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah.
Sadum dengan kualitas biasa dibandero dengan harga rata-rata Rp.25.000,- sedangkan yang paling mahal, dan tentu saja kualitas oke bisa hingga jutaan rupiah. Leny menambahkan para pedagang yang ada di Pasar Sentral, yang khusus menjual ulos, umumnya mereka mengambil stok barang dari “tauke” (perajin dan distributor besar ) Sitanggang dan Gultom.
Selain ulos , pedagang-pedagang ulos juga menjual tandok. Tandok adalah alat hantaran atau wadah yang terbuat dari anyaman bayon (pandan). Bagi orang Batak, tandok sangatlah penting dan digunakan saat upacara adat atau seremonial lainnya. Pada umumnya wadah ini untuk tempat beras/ padi yang dihantar/ dijungjung sebagai persembahan. “ Tandok yang mahal itu biasanya buatan Sitanggang, kualitasnya bagus terus warna-warni”, ujar Leny.
Leny juga menerangkan bahwa pembeli ulos bukan saja kalangan suku Batak seperti Batak Toba dan Batak Karo. “banyak juga orang Jawa yang dating nyari ulos, buat oleh-oleh, atau cuma buat koleksi”, tutur leny.
Jadi, tak ada salahnya anda berkunjung ke Pasar Sentral, untuk menjajal lebih dalam lagi kain khas Batak ini.
Untuk mengenal lebih jauh lagi, inilah jenis-jenis ulos dalam masyarakat Batak :
Jenis-jenis Ulos

1. Ulos Antak-Antak, dipakai selendang orang tua melayat orang meninggal, dan dipakai sebagai kain dililit/hohop-hohop waktu acara manortor.

2.Ulos Bintang Maratur, Ulos ini merupakan ulos paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara. Diberikan kepada anak yang memasuki rumah baru oleh orang tua. Dalam adat Toba Ulos ini diberikan waktu selamatan Hamil 7 Bulan oleh orangtua. Lain halnya kalau di Tarutung Ulos ini yang diberikan waktu acara sukacita, Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu yang baru lahir, parompa walaupun kebanyakan kasih mangiring apalagi yang maksudnya agar anak yang baru lahir diiringi anak selanjutnya. Ulos ini dipakai untuk pahompu yang dibabtis dan juga dipakai untuk sebagai selendang.

3.Ulos Bolean, Ulos ini dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.

4.Ulos Mangiring, Ulos ini dipakai selendang, Tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu baru lahir terutama anak pertama. Dimaksud sebagai simbol keinginan agar sianak diiringi anak yang seterusnya. Ulos ini dapat dipakai sebagai Parompa.

5. Ulos Padang Ursa, dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang.

6. Ulos Pinan Lobu-Lobu, dipakai sebagai Selendang.

7. Ulos Pinuncaan, Ulos ini sebenarnya terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah, kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos. Kegunaannya:Ulos ini dapat dipakai berbagai keperluan acara-acara dukacita atau sukacita. Dalam acara adat ulos ini dipakai/disandang oleh Raja-Raja Adat maupun oleh rakyat biasa selama memenuhi pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat suhut sihabolonon/ Hasuhutonlah (“tuan rumah”) yang memakai ulos ini. Pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran, ulos ini juga dipakai/dililit sebagai kain/hohop-hohop oleh keluarga hasuhuton. Ulos ini sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan.

8. Ulos Ragi Hotang, Ulos ini biasa diberi kepada sepasang pengantin, disebut sebagai Ulos Hela.

9. Ragi Huting, Ulos ini sekarang sudah Jarang dipakai. Konon jaman orang tua dulu sebelum merdeka, anak-anak perempuan pakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari, dililit didada (Hoba-hoba), kemudian dipakai orang tua sebagai selendang apabila bepergian.

10. Ulos Sibolang Rasta Pamontari, Ulos ini dulu dipakai untuk keperluan duka dan sukacita. Sekarang sibolang bisa dikatakan symbol duka cita, dipakai juga sebagai Ulos Saput (yang meninggal orang dewasa yang belum punya cucu), dan dipakai sebagai Ulos Tujung (Janda/Duda yang belum punya cucu). Kemudian pada peristiwa dukacita Ulos ini paling banyak dipergunakan oleh keluarga dekat.

11. Ulos Sibunga Umbasang dan Ulos Simpar, dipakai sebagai Selendang.

12. Ulos Sitolu Tuho, Ulos ini dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita.

13. Ulos Suri-suri Ganjang, dipakai sebagai Hande-hande pada waktu margondang. Dipergunakan oleh pihak Hula-hula untuk manggabe i borunya karena itu disebut juga Ulos gabe-gabe.

14. Ulos Ragi Harangan, pemakaiannya sama dengan Ragi Pakko.

15. Ulos Simarinjam sisi, dipakai sebagai kain, juga dilengkapi dengan Ulos Pinuncaan disandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani yang
memakai ini satu orang paling depan.

16. Ulos Ragi Pakko, dipakai sebagai selimut pada jaman dahulu dan pengantar wanita yang dari keluarga kaya bawa dua ragi untuk selimut yang dipergunakan sehari-hari. Juga bila setelah tua, meninggal akan disaput pakai Ragi ditambah Ulos lainnya yang disebit Ragi Pakko. warnanya memang hitam seperti Pakko.

17. Ulos Tumtuman, dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan dipakai anak yang pertama dari hasuhutan.

18. Ulos Tutur-Tutur, dipakai sebagai tali-tali dan sebagai Hande-hande. Sering diberikan oleh orang tua sebagai Parompa kepada cucunya.
Dari jenis dan fungsi Ulos ini, disebut pengenalan jati diri orang batak sesuai Budaya dan Adatnya. Orang Batak
dikenal dari Ulos yang disandangnya, sian Tortornya bahkan dari tongkatnya

Komentar
  1. Fabian Simbolon berkata:

    mau pesan berapa 1 helainya yg lebar? (fabian bolon) 0812-2553-9162

  2. tika berkata:

    KALO grosir benang tenun di medan dimana yah?????

Tinggalkan komentar